BRANDING INDONESIA: IDENTITAS SEBAGAI BRANDING
Mengapa Indonesia memiliki banyak branding? Mengapa Indonesia seringkali mengganti brandingnya? Mengapa branding-branding tersebut tidak berdampak signifikan bagi citra Indonesia di mata dunia internasional? Apakah branding yang tepat dan kuat bagi Indonesia dalam kondisi terpuruk seperti saat ini? Bagaimanakah cara membuat branding yang tepat dan kuat itu?
Sejak tahun 2001, Indonesia telah memiliki beberapa branding yaitu Indonesia, Just a smile away Indonesia. Pada tahun 2003 berubah menjadi Indonesia, the colour of life Indonesia, kemudian pada tahun yang sama berubah menjadi endless beauty of diversity, dan saat ini branding Indonesia adalah Indonesia, ultimate in diversity.1 Untuk sebuah branding negara, perubahan yang cukup sering dan terjadi dalam waktu singkat adalah sesuatu yang cukup mengherankan. Bila dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Malaysia, Thailand, India, Hongkong, maka Indonesia adalah yang paling sering mengganti branding-nya. Sedangkan negara-negara tersebut tetap konsisten dengan branding masing-masing yaitu Malysia dengan Malaysia Trully Asia, Thailand dengan “Amazing Thailand”, India dengan India Eternally Yours, dan Hongkong dengan “Hongkong Asia’s World City.
Banyaknya branding tersebut tidak berdampak signifikan bagi perbaikan citra Indonesia, yang akhirnya juga tidak bermanfaat signifikan bagi pencapaian tujuan-tujuan pembuatan sebuah branding. Seperti diketahui bahwa tujuan utama pembuatan branding bagi suatu negara antara lain adalah untuk menarik investasi luar negeri dan menarik wisatawan manca negara (wisman) sebanyak-banyaknya. Namun faktanya tidaklah demikian dengan Indonesia, sejak memiliki branding pada tahun 2001 terjadi penurunan yang siginifikan di dalam jumlah masuknya investasi asing (PMA) dan jumlah kunjungan wisman. Menurut data BKPM, pada tahun 2001 nilai neto PMA ke Indonesia adalah USD-2.978 juta.
Sejak tahun 2001, Indonesia telah memiliki beberapa branding yaitu Indonesia, Just a smile away Indonesia. Pada tahun 2003 berubah menjadi Indonesia, the colour of life Indonesia, kemudian pada tahun yang sama berubah menjadi endless beauty of diversity, dan saat ini branding Indonesia adalah Indonesia, ultimate in diversity.1 Untuk sebuah branding negara, perubahan yang cukup sering dan terjadi dalam waktu singkat adalah sesuatu yang cukup mengherankan. Bila dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Malaysia, Thailand, India, Hongkong, maka Indonesia adalah yang paling sering mengganti branding-nya. Sedangkan negara-negara tersebut tetap konsisten dengan branding masing-masing yaitu Malysia dengan Malaysia Trully Asia, Thailand dengan “Amazing Thailand”, India dengan India Eternally Yours, dan Hongkong dengan “Hongkong Asia’s World City.
Banyaknya branding tersebut tidak berdampak signifikan bagi perbaikan citra Indonesia, yang akhirnya juga tidak bermanfaat signifikan bagi pencapaian tujuan-tujuan pembuatan sebuah branding. Seperti diketahui bahwa tujuan utama pembuatan branding bagi suatu negara antara lain adalah untuk menarik investasi luar negeri dan menarik wisatawan manca negara (wisman) sebanyak-banyaknya. Namun faktanya tidaklah demikian dengan Indonesia, sejak memiliki branding pada tahun 2001 terjadi penurunan yang siginifikan di dalam jumlah masuknya investasi asing (PMA) dan jumlah kunjungan wisman. Menurut data BKPM, pada tahun 2001 nilai neto PMA ke Indonesia adalah USD-2.978 juta.
Untuk jumlah kunjungan wisman, Indonesia juga mengalami penurunan drastis. Sebagai gambaran, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia melalui 13 pintu masuk pada Oktober 2005 turun 30,85 persen, yaitu menjadi 267,8 ribu orang dari 387,3 ribu orang pada September 2005. Dibanding dengan periode yang sama 2004, jumlah wisman Oktober 2005 turun sebesar 30,31 persen. Penurunan yang cukup tajam terjadi pada jumlah wisman yang berkunjung ke Bali. Dibanding bulan sebelumnya jumlah wisman turun 48,39 persen, yaitu dari 168.170 orang menjadi 86.798 orang.
Fakta-fakta tersebut secara jelas menggambarkan bahwa branding Indonesia yang cukup banyak itu tidak berpengaruh apa-apa bagi Indonesia. Atas dasar itu tulisan ini akan memberikan alternatif baru dalam upaya menciptakan branding yang kuat dan tepat bagi Indonesia.
2 comments:
wah jangan perfect2 dunkz tulisannya mas, saya malah gak bisa beri pertanyaan tu, habis g ada celahnya sm skali.. T..T
(Trio I.R.)
wuik...makin keren aza nih ruang kuliah. Kunjungan Muhibah Http://fpbibencana.blogspot.com
Posting Komentar